Bagi
Almira, bukanlah hal yung sulit sesulit mengerjakan soal matematika saat ujian
nasional untuk membuat laki-laki dekat dengannya dan jatuh cinta padanya
tentunya. Sejak di bangku SMA Almira merupakan sosok yang sangat menyenangkan
bagi siapapun yang mengenalnya. Selain cantik ia pun tentunya sangat pintar dan
mudah bergaul dengan orang baru. Ia mengenal banyak orang disekolahnya mulai
dari guru, kaka kelas, hingga adik kelas pun ada yang naksir padanya. Sungguh
mengagumkan memang. Hanya dalam kurun waktu
kurang dari 1 bulan Almira dapat dengan mulusnya menggaet laki – laki
yang disukainya. Alasannya macam – macam, mulai dari minta diajarin mengerjakan
soal fisika atau bahkan hanya sekedar sms iseng yang berdampak luar biasa.
Itu
kejadiannya sekitar 4 tahun yang lalu. Kini Almira telah masuk di bangku
kuliah, yang tentunya memberikan atmosfir berbeda dalam kehidupannya, termasuk
dalam urusan cinta. Keinginannya menjadi mahasiswa di salah satu universitas
negeri ternama di negeri ini boleh dibilang tidak terlalu sulit untuk
mewujudkannya. Ketika teman – teman seangkatannya masih kesana kemari
mendaftarkan diri ke berbagai universitas, Almira telah duduk manis dengan
menyandang status calon mahasiswa. Sekali lagi ia mendapat kesempatan itu tak
sesulit mengerjakan soal matematika yang tak disukainya.
Kembali ke
cerita cinta Almira. Ia kembali menemukan seorang laki – laki yang menarik
hatinya saat berada di tingkat dua bangku perkuliahan. Tepatnya saat ia pertama
kali mengenyam kehidupan fakultas. Ia tak pernah menyadari kapan tepatnya virus
– virus cinta tersebut menjalari hati dan pikirannya. Yang ia tahu, ini bukan
cinta pada pandangan pertama, tetapi lebih tepat dengan cinta pada senyuman
pertama.
Yah bagi
Almira senyuman itulah yang meluluh lantakkan hatinya, menerobos alam
pikirannya dan menyadarkan nuraninya, bahwa ia memang telah terpikat olehnya. Seorang
laki - laki dengan senyuman maut yang mempesona. Alika, sang sahabat tercinta
pun menjadi orang pertama yang mengetahui peristiwa ini. “ aaahhh Alikaaa
senyumnya manis sekali, dia ganteng bangeet, kenapa gue baru menyadarinya
sekarang?”. Mungkin itulah sepenggal kalimat
pertama yang diucapkan Almira pada sahabatnya tersebut.
Seperti disebutkan
diawal, Almira memang perempuan yang menarik. Dengan mudahnya, kini ia pun
telah cukup dekat dengan laki – laki itu. Tapi tunggu dulu, kali ini sepertinya
roda kehidupan sedang tidak berpihak pada perempuan pecinta kura - kura ini.
Sepertinya Almira akan menemui persoalan cinta yang cukup rumit saat ini. Ya
ternyata ia telah jatuh cinta bukan pada laki – laki biasa sesuai anggapannya
selama ini, ia telah jatuh cinta pada laki – laki yang sungguh luar biasa. Laki
– laki itu ternyata seorang ikhwan. Almira pun kini menjadi putus asa. Kembali
memikirkan perasaannya apakah pantas untuk diteruskan atau cukup tamat sampai
disini. Tapi ia telah terlanjur jatuh cinta pada laki – laki tersebut. Meskipun
ia sadar bahwa dirinya adalah perempuan modern yang gila fashion, bukan akhwat
yang berhati malaikat yang mungkin menjadi dambaan laki – laki tersebut. Kali
ini rasa cintanya semakin memudar, namun disaat seperti itu Alika sang sahabat
hadir disisinya.. “ Kalau menurut aku ya mir, ga ada salahnya kamu suka sama si
Ali, toh dia juga manusia kan meskipun dia ikhwan. Aku pikir juga dia ga ikhwan
ikhwan banget ahh. Udahlah coba dulu neng, dan menurutku dia juga suka deh sama
kamu kalo ngeliat sikapnya selama ini”
Kata – kata
Alika tersebut setidaknya sedikit memberi pencerahan bagi Almira. Tapi ternyata
masih banyak keraguan – keraguan yang ada di
pikiran Almira. Ia selalu bertanya – tanya pada dirinya sendiri. Apa
mungkin seorang ikhwan punya pacar ya? Apa kata orang – orang kalau keadaannya
seperi itu? Apa aku mundur saja ya sebelum perasaan ini terlalu jauh? Tapi apa
aku siap untuk sakit hati? Dan apa dia juga menyukaiku dan memiliki perasaan
yang sama denganku? Tapi apa itu mungkin? Lalu kenapa selama ini dia selalu
bersikap baik dan perhatian terhadapku?
Memang
sudah hampir 8 bulan sejak perkenalan Almira dengan laki – laki itu Almira
merasa ia sangat diperhatikan oleh Ali. ketika ada kabar yang sampai pada Ali
kalau almira sakit, sudah pasti Ali akan menghubunginya baik itu sms atau
telpon untuk bertanya keadaannya. Bagi Almira itu adalah suatu bentuk perhatian
yang menurut pengalamannya adalah bentuk kepedulian dari orang yang menganggap
dirinya spesial. Awlanya itulah pemahaman Almira, tapi perhatian dari Ali telah
membuat dirinya ragu. Apa mungkin Ali menganggap dirinya orang spesial, atau
mungkin Ali melakukan semua itu ke semua orang karena dalam pandangan Ali semua
muslim adalah saudara? Pikiran Almira kembali terganggu oleh hal tersebut.
Namun
sekali lagi laki – laki tersebut memang sangat perhatian terhadapnya. Dari
mulai hal – hal kecil sampai hal yang istimewa. Bahagianya pernah dibelikan
oleh – oleh liburan pun pernah dirasakan Almira. Semua itu siapa lagi kalau
bukan Ali yang melakukannya. Bahkan di hari spesial Almira, Ali memberikannya kue ulang tahun. Meskipun dia
tidak memberikannya pada Almira secara langsung. Ya lewat Alika lah Ali percaya
kue spesial tersebut sampai di tangan Almira.
Dan untuk kesekian kalinya Almira dibuat bingung oleh Ali. Awalny Almira
sungguh senang luar biasa Ali memberinya kue ulang tahun di hari spesial
tersebut. Tapi kemudian ia tersadar, logikanya kembali bekerja setelah beberapa
saat terbelenngu oleh perasaannya. Ia kembali bertanya pada dirinya,” Kenapa Ali
ngasih aku kue ya? Apa emang dia benar – benar peduli padaku? Atau memang dia
akan selalu ngasih surprise seperti ini ke semua orang ya? Oohhh apa karena
waktu itu aku juga ngasih dia kue di hari ulang tahunnya? Apa ini hanya sebagai
balas jasa dari apa yg telah kulakukan???”
Almira
kembali merasakan sesak dalam dadanya. Kini sudah hampir satu tahun ia jatuh
cinta pada Ali. Bukan rasa cinta ala anak SMA lagi yang dimilikinya saat ini.
Almira kini telah dewasa. Tanpa sadar telah hampir satu tahun ia menunggu kata
I Love You dari Ali. Seorang ikhwan yang luar biasa telah membuat Almira
berubah menjadi luar biasa juga. Almira akan selalu menunggunya, menunggu satu
kalimat sakral dari seorang ikhwan yang sangat dicintainya. Ia yakin dengan
keputusan hatinya, ia mencintai Ali dengan segenap rasa yang dimilikinya. Ia percaya
Alilah yang akan memberikan kedamaian dalam hidupnya. Tapi sampai kapan Almira
harus menunggunya?
0 komentar:
Posting Komentar